IF YOU WANNA GO, JUST GO!!!

In my life, I never ask anyone to stay. In any context. Apakah itu keluarga, teman, kolega, even the significant other. If you choose to leave, then leave. Itu yang selalu saya katakan kepada mereka. Bahkan saya tidak pernah mengawali pertemanan, approach terlebih dahulu, apalagi sampai meminta kontak. Bukan berarti saya antisosial atau fobia dengan manusia. Dalam prinsip saya, jika kamu ingin mengenal saya lebih dekat, silakan. Saya open dengan semua orang dan dengan semua pengalaman. Tetapi, jika pada waktunya nanti kamu menginginkan untuk pergi, silakan juga. Mungkin kata-kata lebih tepatnya adalah saya tidak ingin terikat dengan manusia, tidak ingin menggantungkan kebahagiaan dari manusia lainnya.

Ketika rekan kerja yang paling akrab dengan saya mengatakan bahwa Ia ingin resign, saya hanya mengatakan, “Jika itu membuatmu lebih bahagia, kenapa tidak? Jika tempat barumu jauh lebih baik dari ini, kenapa tidak?” Saya tidak akan memintanya untuk tinggal, walaupun saya akan kehilangan seorang partner handal sekaligus teman curhat. Walaupun saya tahu penggantinya belum tentu yang sebaik dia. But I said to her, “If you wanna go, just go. I’ll be okay.”

Pun ketika my significant other yang sudah saya gantungkan 1 tahun tanpa status jelas mulai meminta kepastian kepada saya. “Aku baru kenal dengan seorang wanita dan dia cukup fun. Kalau kamu berniat hubungan kita lebih serius, aku tidak akan melanjutkan lebih jauh dengan wanita ini dan aku akan memilihmu. Tapi kita sudah harus ngomongin nikah, atau at least kamu datang ke keluargaku.” Meanwhile aku hanya berkata, “Ya udah, silakan dengan wanita itu. Aku mundur. Kita tetap bisa jadi teman, bukan? I’ll be okay.”

Lalu ketika pada akhirnya dia kembali denganku dan sekali lagi meminta kejelasan status, pada akhirnya aku mengiyakan. Status kami sudah jelas. But I feel nothing. What’s the difference before and after the status? Hubungan dengan status itu hanya bertahan 6 bulan saja. Then I withdrew from him and now he has married. Again. I never retain someone to stick with me. It looks like I can attract people to come to me, but I’m not capable to make them stay longer.

Sometimes I wonder, am I too stoic? Apakah stoic sama dengan pasrah? Orang-orang bilang bahwa aku terlalu pasrahan dan ngalahan, dan kurang effort dalam menghadapi hidup ini. Termasuk effort untuk mempertahankan hubungan. Tetapi dalam pikiranku, ketika aku mengeluarkan effort, aku akan mengharapkan feedback, atau memiliki ekspektasi terhadap sesuatu. Ekspektasi ketika tidak terpenuhi akan membuatku kecewa. Ok, find the answer. Jadi sebenarnya ini adalah defense mechanism. Withdraw à no expectation à no disappointment à no harm à stable.

Anyway, walaupun aku tidak pernah meminta orang untuk stay, tetapi aku selalu berusaha mengapresiasi orang-orang di sekitarku yang memilih untuk stay instead of leaving. Thank for your time, support, and even your presence could make my life more bearable. I’m so grateful to have you, guys!!!

Comments

Popular posts from this blog

SURVIVAL IN ITB WITH MY SCOLI (SKOLIOSIS PART VIII)

SEMINAR, AKHIR CERITA TUGAS AKHIR II