THE BEST NOVEL: REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU
Kali ini saya akan merekomendasikan sebuah novel. Novel paling 'amazing' selama saya hidup 20 tahun ini. Satu-satunya novel yang pernah saya baca 3x. Biasanya saya tidak akan pernah membaca novel yang sama untuk kedua kalinya, apalagi ketiga kalinya. Novel ini ditulis oleh penulis favorit saya, Tere-Liye, berjudul "Rembulan Tenggelam di Wajahmu". Eits jangan salah, ini bukan novel cinta.
Novel ini merupakan sebuah novel tentang kehidupan seorang manusia bernama Ray. Dia sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sama kepada Tuhan. Menjelang ajalnya, 5 pertanyaan terbesar dalam hidupnya dijawab oleh seorang berwajah menyenangkan yang mengantarnya flashback ke masa lalunya.
Pada dasarnya kita menyukai suatu cerita, ketika cerita tersebut memiliki kesamaan dengan kehidupan kita. Mengapa saya sangat menyukai cerita ini? Karena saya merasa saya adalah Ray perempuan. Sama dengannya, saya sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Apakah hidup ini adil? Mengapa harus saya yang ....? Mengapa tidak ....? Dan lain sebagainya. Hingga saya membuat list pertanyaan-pertanyaan yang sampai sekarang tidak akan terjawab. Sama seperti Ray juga, saya selalu senang melihat rembulan. Dengan melihatnya, saya merasakan kebesaran Tuhan. Saya merasakan hidup ini indah dan tenang. Tidak merisaukan masalah-masalah yang menggunung. Oke saya akan menuliskan spoiler beberapa cuplikan percakapan dalam buku ini.
"Ray, itulah mengapa tidak semua orang mengerti apa sebab-akibat kehidupannya. Dengan tidak tahu, maka mereka yang menyadari kalau tidak ada yang sia-sia dalam kehidupan akan selalu berbuat baik. Setiap keputusan yang akan mereka ambil, setiap kenyataan yang harus mereka hadapi, kejadian-kejadian menyakitkan, kejadian-kejadian menyenangkan, itu semua akan mereka sadari sebagai bagian dari siklus bola raksasa yang indah, yang akan menjadi sebab-akibat bagi orang lain."
"Siklus sebab-akibat itu sudah ditentukan. Tidak ada yang bisa merubahnya, kecuali satu: yaitu kebaikan. Kebaikan bisa merubah takdir."
"Ray, kehidupan ini selalu adil. Keadilan langit mengambil berbagai bentuk. Meski tidka semua bentuk itu kita kenali, tapi apakah dengan tidak mengenalinya kita bisa berani-beraninya bilang Tuhan tidak adil? Hidup tidak adil?"
Dan endingnya sangat menyentuh.
"Sebelum aku pergi, sesuai janjiku, aku akan memberitahu kenapa kau sampai mendapat kesempatan perjalanan mengenang masa lalu. Itu semua karena rembulan. Setiap kau memandangnya, kau selalu berterimakasih kepada Tuhan. Setiap kali kau menyimaknya, kau selalu merasa kuasa Tuhan menjejak setiap sudut bumi di mana cahaya rembulan menyentuhnya. Kau memiliki cara berinteraksi yang luar biasa dengan kuasa langit, Ray... Kau memang mengutuk, membantah, berprasangka buruk, kepada Tuhan, tetapi kau jujur. Kau tidak pernah berdusta saat menatap rembulan. Tidak pernah munafik. Apa adanya."
"Kau selalu merasa andaikata semua kehidupan ini menyakitkan maka di luar sana pasti masih ada sepotong bagian yang menyenangkan. Kemudian kau akan membenak, pasti ada sesuatu yang jauh lebih indah dari menatap rembulan di langit. Kau tidak tahu apa itu, karena ilmumu terbatas, pengetahuanmu terbatas. Kau hanya yakin, bila tidak di kehidupan ini, suatu saat nanti pasti akan ada yang lebih mempesona dibandingkan menatap sepotong rembulan yang sedang bersinar indah.
"Kau benar Ray. Ada satu janji Tuhan. Janji Tuhan yang sungguh hebat, yang nilainya beribu kali tak terhingga dibandingkan menatap rembulan ciptaan-Nya. Tahukah kau? Itulah janji menatap wajah-Nya. Menatap wajah Tuhan. Tanpa tabir, tanpa pembatas. Saat itu terjadi maka sungguh seluruh rembulan di semesta alam tenggelam tiada artinya. Sungguh seluruh pesona dunia kan layu. Percayalah selalu atas janji itu, Ray, maka hidup kita setiap hari akan terasa indah"
Comments
Post a Comment