JEMBATAN AKADEMISI DAN ORANG AWAM

"NO DREAM IS TOO BIG, AND NO DREAMER IS TOO SMALL"
Sebuah quotes dari film animasi Turbo yang bikin saya merinding.



Berbicara tentang mimpi, saya memiliki banyak mimpi-mimpi besar, yang kadang saya sendiri merenung, APAKAH MIMPI INI TIDAK TERLALU BESAR UNTUK SAYA? APAKAH POSSIBLE UNTUK MENCAPAINYA? APAKAH DIA TIDAK TERLALU BESAR UNTUK MANUSIA BIASA SEPERTI SAYA?

Salah satu mimpi besar saya adalah mendirikan komunitas yang menjembatani gap antara akademisi dan orang awam. Saya merasa, di tengah era globalisasi ini, yang pintar menjadi semakin pintar, yang bodoh tetap menjadi bodoh, bahkan bisa menjadi lebih bodoh. Forgive me for blaming: MEDIA!!!

Media bagaikan pisau yang bermata dua, di satu sisi ia bisa menguntungkan, di lain sisi bisa merugikan. Dan di zaman sekarang, media Indonesia, khususnya cyber-based sudah terlalu kotor dan tercemar, hingga susah membedakan mana yang benar dan yang salah. 

Jika menilik di kubu lain, kaum akademisi berlomba-lomba untuk melakukan penelitian, menerbitkan jurnal-jurnal internasional, dan membuat inovasi-inovasi dengan harapan mendapatkan paten dan pengakuan dari dunia internasional. Namun, siapakah yang menikmati ini semua? Hanya kaum-kaum atas, industri, pemerintah, akademisi, ilmuwan. Tidak jarang ini semua hanya berhenti pada tahap publishing, tidak ada realisasinya. Padahal sebenarnya, siapa sih sasaran atas semua penelitian-penelitian tersebut? Untuk kemajuan peradaban manusia kan? Bukan segelintir orang.

Oleh karena itu, saya ingin sekali membuat suatu komunitas non profit yang berisikan para cendekiawan-cendekiawan dengan tugas sangat sederhana, yaitu TRANSLATOR. Bukan translator ing-indonesia, spanyol-inggris, jerman-indonesia, melainkan translator bahasa dewa menjadi bahasa kaum bumi. Sederhana kelihatannya. Mekanisme kerjanya, para cendekiawan dari berbagai bidang mengumpulkan jurnal-jurnal dan artikel ilmiah yang aplikatif kemudian menuliskannya kembali dalam bahasa yang sesederhana mungkin, tetapi ada penjelasan sainsnya, kemudian dipublish di web komunitas ini, dan dishare ke berbagai social media, karena sekarang zamannya socmed yang berkuasa. So simple bukan? Sayangnya, ini tidak semudah yang dibayangkan. Pertama, untuk mengumpulkan akademisi yang mampu menulis dalam bahasa awam bukan hal yang mudah. Bahasa mereka adalah bahasa dewa. Yang kedua, mengumpulkan kaum elite pendidikan yang mau memikul tugas berat ini tanpa profit juga bukan hal yang mudah. Lalu bagaimana? Sayang sekali, hingga detik ini saya juga belum menemukan solusinya. Tetapi, kembali ke quotes-nya Turbo, "No dream is too big, and no dreamer is too small". May Allah guide me to reach that.


Comments

Popular posts from this blog

IF YOU WANNA GO, JUST GO!!!

BLINK: KEMAMPUAN BERPIKIR TANPA BERPIKIR

PERLUKAH MENCATAT SAAT KULIAH?