SKOPOLAMIN, BETWEEN ZOMBIE DRUG AND TRUTH SERUM

"Tidak harus menjadi ahli hipnotis untuk mampu membuat orang lain melakukan apa yang kita perintahkan. SKOPOLAMIN mampu melakukannya." 

Tumbuhan Datura Stramonium
Skopolamin, atau yang juga disebut hiosin, merupakan alkaloid dari tumbuhan famili Solanaceae yang bersifat sedatif. Dalam bentuk turunan kuarternernya, seperti butilbromida atau metilbromida, skopolamin sering digunakan untuk mengobati rasa nyeri saat haid atau pada penyakit saluran pencernaan. Dalam bentuk ini, skopolamin sulit untuk diabsorbsi dan tidak dapat menembus sawar darah otak (blood brain barrier)[1] sehingga tidak menimbulkan efek sedatif[2]. Sedangkan dalam bentuk hidrobromidanya, skopolamin cepat diabsorbsi dan dapat menembus sawar darah otak, sehingga dapat mempengaruhi sistem saraf pusat. Oleh karena itu, dalam sejarahnya, awalnya skopolamin bersama-sama dengan morfin digunakan sebagai anastesi pada proses melahirkan.

Ketika Lidah Tak Mampu Mengelak

Setelah kurang lebih 12 tahun skopolamin digunakan sebagai anastesi, pada bulan September 1916 terjadilah suatu insiden yang menjadi tonggak sejarah dunia forensik dan kriminologi. Pada saat itu, dr. Robert Ernest House, seorang dokter dari Texas, sedang melakukan praktek persalinan dan memberikan kombinasi skopolamin dan morfin untuk menganastesi ibu tersebut. Ketika sang suami kebingungan mencari-cari timbangan untuk menimbang bayinya, tiba-tiba sang istri yang masih tidak sadar dan berada di bawah pengaruh obat-obatan berkata, “TImbangannya ada di dapur tergantung di paku belakang lukisan.” Dr. Robert House terkejut bagaimana ibu tersebut yang masih tertidur dan bahkan tidak ingat bahwa ia baru saja melahirkan, dapat mengatakan hal sejelas itu.

Bermula dari hal tersebut, House membuat hipotesis bahwa obat ini mampu membuat seseorang menjawab pertanyaan dengan jujur. Pada tahun 1922 ia memulai penelitian kepada dua orang narapidana penjara Dallas County, laki-laki berkulit putih dengan IQ tinggi bernama Scrivener, dan laki-laki negro dengan IQ rata-rata. Keduanya menjawab semua pertanyaan yang diajukan secara tidak sadar. Di bawah pengaruh skopolamin, Scrivener mengatakan bahwa ia tidak merampok apotek Guy seperti yang dituduhkan kepadanya. Dalam wawancara tersebut, ia juga mengatakan 5 orang yang melakukan perampokan di bank tersebut dengan jelas, di mana 2 orang di antaranya memang sudah mendekam di penjara. Pada wawancara sebelumnya tanpa pengaruh skopolamin, ia tidak mengatakan apapun terkait siapa yang merampok apotek Guy.  Keesokan harinya ketika ia diminta untuk menjelaskan apa yang ia alami selama wawancara berlangsung.

“Hanya sebentar saja aku tersadar. Aku hanya mengingat dua pertanyaan, tetapi aku sama sekali tidak ingat jawaban yang aku berikan. Ketika aku sadar sepenuhnya, aku baru sadar bahwa pada setiap pertanyaan yang diajukan, ada yang memaksaku untuk selalu menjawab pertanyaan tersebut tanpa ada kemampuan untuk memikirkan jawabannya terlebih dahulu.”

Sayangnya, si negro tidak seberuntung si kulit putih. Pada wawancara di bawah pengaruh obat, ia mengakui kejahatan seperti yang dituduhkannya. Ia tidak bisa berkelit dari kejahatannya seperti wawancara-wawancara sebelumnya. Dan ketika sudah sadar, ia mengaku tidak mengingat apapun kejadian yang terjadi selama wawancara berlangsung.

Terinspirasi dari penelitian tersebut pada tahun 1940 OSS (Office of Strategic Services)[3] berusaha mengembangkan ekstrak cannabis sebagai truth serum, obat yang mampu membuat seseorang menjawab pertanyaan dengan jujur dan tidak mampu berbohong. Sejak saat itu, beberapa negara, seperti India, Rusia, dan Amerika Serikat melegalkan penggunaan truth serum dalam metode investigasi pelaku tindak kriminal. Namun, penelitian menunjukkan bahwa skopolamin dan truth serum lainnya tidak bekerja pada orang dengan IQ di bawah rata-rata. Mereka tidak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan, hanya mampu menggumam dengan artikulasi yang tidak jelas. Padahal, menurut penelitian yang dilakukan oleh Herrnstein & Murray, rata-rata IQ tahanan adalah 93, yang berarti 7 poin lebih rendah daripada IQ rata-rata populasi.

Zombie Drug, Sarana Kejahatan yang Lumrah di Kolombia

Cukup kontradiktif memang, skopolamin yang dapat  digunakansebagai pengungkap kejahatan, di sisi lain justru menjadi sarana dalam melakukan kejahatan itu sendiri. Dalam situsnya, www.globalpost.com  pernah mengungkapkan bahwa pada tahun 2012 polisi Kolombia melaporkan ada sekitar 1200 kasus kejahatan terkait dengan penggunaan zombie drug yang pada daerah setempat dikenal dengan sebutan Burundunga atau ‘Devil Breath’.

Dengan mencampurkan obat  ke dalam minuman atau meniupkan serbuk sehingga terhirup oleh korban, pelaku kejahatan dapat memerintahkan korban untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan. Kasus yang paling sering terjadi adalah perampokan dengan meminta korban menuju ke rumahnya dan menyerahkan semua harta yang ia punya serta menarik semua uang dari rekening bank melalui ATM. Mengerikannya obat ini adalah ia menyebabkan korbannya tampak normal dan tetap sadar, sehingga orang-orang tidak curiga ketika melihat pelaku dan korban yang berjalan bersamanya dalam pengaruh obat-obatan. Itulah alasan mengapa skopolamin disebut sebagai zombie drug. Ia membuat seseorang tetap sadar tetapi tidak memiliki memori dan kontrol atas tingkah lakunya. Ketika pengaruh skopolamin hilang, ia sama sekali tidak ingat apa yang telah terjadi padanya.

Cara Kerja Skopolamin pada Otak

Dalam pembentukan memori, ada tiga tahapan yang dilalui, yaitu pembentukan memori awal (encoding), pembentukan memori panjang (storage/consolidation), dan mengingat kembali (retrieval). Skopolamin menghambat pembentukan memori pada tahap pertama, yaitu pembentukan memori awal, sehingga sejatinya memori itu tidak pernah terbentuk sama sekali.

Mekanismenya adalah skopolamin berkompetisi dengan neurotransmitter[4] asetilkolin untuk berikatan dengan reseptornya. Pada kondisi normal, pembentukan memori awal diperantarai oleh ikatan antara asetilkolin dengan reseptornya. Ketika skopolamin ada di dalam otak, skopolamin berkompetisi dengan asetilkolin untuk berikatan dengan reseptor asetilkolin. Sayangnya, skopolamin memenangkan kompetisi ini, sehingga memori tidak dapat terbentuk.

Selain berfungsi dalam pembentukan memori, asetilkolin juga memerantarai  pembelajaran terhadap rasa takut dan respon fight-or-flight yang dilakukan oleh amigdala.[5] Mekanisme ini penting untuk aksi yang dibutuhkan cepat dalam keadaan darurat. Jika harus melalui proses berpikir dahulu, sebelum sempat bertindak, kita telah terlanjur ada dalam bahaya. Ketika asetilkolin tidak dapat berikatan dengan reseptornya, maka korban tidak lagi merasakan ada bahaya yang terjadi padanya, sehingga ia menuruti semua yang diperintahkan kepadanya.

Skopolamin dapat berfungsi sebagi truth serum dengan cara menekan cerebrum[6] dan menghambatnya untuk membuat alasan atau mengatakan hal-hal yang bukan fakta. Di sini, kemampuan untuk berimajinasi dicegah. Penghambatan pembentukan memori awal juga memberikan andil dalam keberhasilan tujuan ini. Kalau pun dia bisa menciptakan kebohongan, dia tidak akan bisa mengingat kebohongan yang ia buat, sehingga ketika pertanyaan yang sama diajukan untuk kedua kalinya, jawabannya akan tidak konsisten, karena ia tidak pernah bisa mengingat jawabannya yang pertama.

Menimbang manfaat dan bahayanya, sudah selayaknya farmasis, pemerintah, dan kepolisian bekerja sama untuk mengambil manfaat sebanyak-banyaknya dari senyawa ini dengan meminimalkan resikonya.

(Sumber: berbagai artikel dan jurnal forensik
Artikel ini pernah diterbitkan di Majalah Rhamnosa Edisi 3 tahun 2014)




[1] Sawar (penghalang) yang permeabilitasnya selektif, memisahkan darah dengan cairan ekstraseluler pada otak
[2] Keadaan turunnya respon terhadap suatu rangsangan karena pengaruh obat-obatan
[3] Badan Intelijen Amerika selama Perang Dunia II, yang sekarang dikenal dengan CIA (Central Intelligence Agency)
[4] Senyawa dalam tubuh yang menghantarkan sinyal dari sel saraf ke sel yang lain
[5] Bagian dari otak yang berbentuk almond, jumlahnya sepasang, merupakan kumpulan badan sel saraf yang padat.
[6] Otak besar, bagian yang mendominasi otak berfungsi dalam sebagian besar fungsi otak, berpikir, emosi, kepribadian, dan integrasi informasi

Comments

Popular posts from this blog

IF YOU WANNA GO, JUST GO!!!

BLINK: KEMAMPUAN BERPIKIR TANPA BERPIKIR

PERLUKAH MENCATAT SAAT KULIAH?