I LOVE NEUROSCIENCE, DOES IT MATTER?

- "Kenapa sih kamu seneng banget Neuroscience? Sejak kapan?" -

People are curious about this. I dont know how many people who asked me about it.

http://graduate.carleton.ca/wp-content/uploads/prog-banner-phd-neuroscience.jpg

Well, bagi saya itu bukan suatu pertanyaan yang sama sekali mudah untuk dijawab. Orang-orang di sekitar saya tahu betul bahwa saya suka sekali mempelajari bidang tersebut. Mungkin sesekali mereka memergoki saya sedang membaca psychology today. Atau ketika meminjam laptop saya dan mencari film, mereka menemukan satu folder yang berjudul TED, dan ketika 'double click' langsung muncul puluhan video TED bertemakan Neuroscience. I don't know, maybe some of them will se mee, as a freak, but I don't care.

I'm a truly introvert. Don't compel me to deliver a speech in front of many people. You'll see me trembling and sweating. And you'll hear annoying sound 'ehmmm' with a high frequency, maybe it can be 10 times in a minute. Haha.

Tetapi, ketika saya diminta untuk menceritakan apapun mengenai Neuroscience, kuping Anda siap-siap keriting. An hour is never enough for me. Two hour? Ehmmm.... Three? Don't know. Mungkin limiting factor-nya hanya suara saya yang berubah menjadi serak.

I'm a flat emotion person. Tetapi ketika membicarakan tentang Neuroscience, all of my body will be excited. Saya menjadi berapi-api dan akan sering menyebut kata, "Gilaa...", "keren nggak sih?", dan kata-kata serupa. You'll see me transforming into another Neli.

Jadi, Apa yang Membuatmu Jatuh Cinta pada Neuroscience?

http://sd.keepcalm-o-matic.co.uk/i/keep
-calm-and-love-neuroscience.png
Kadang, kita tak pernah tahu alasan kita mencintai seseorang. Suddenly happened. Begitu juga proses bagaimana saya mencintai Neuroscience. Mungkin awalnya karena sejak kecil saya tertarik dengan ilmu psikologi. Sejak SMP suka membaca-baca buku tentang otak, kecerdasan, kepribadian, dsb. Berlanjut hingga SMA, saya menemukan sebuah ensiklopedia tua terjemahan, yang kalau mau dibandingkan, 11-12 dengan textbook psikologi untuk sarjana. Ensiklopedia tersebut menerangkan tentang kepribadian, tidur, mimpi, dll dari kacamata science. Dan ketika browsing-browsing mengenai jurusan di perguruan tinggi, saya baru tahu ilmu tersebut namanya Neuroscience.

Secara sederhana, saya sering menjelaskan apa itu Neuroscience kepada orang awam dengan kata-kata seperti ini. "Neuroscience itu perkawinan antara psikologi dan biologi, terutama fisiologi, lebih dalam lagi sistem saraf." Ketika psikologi lebih membahas dari segi sosial, tingkah laku manusia yang terlihat dari luar, Neuroscience akan lebih membahas dari bagian dalamnya, proses fisiologinya, berusaha mencari penjelasan atas apa yang terjadi dari tingkah laku manusia.

Ketika merenungkan kembali, mungkin saya mencintai Neuroscience karena ilmu ini seringkali dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan saya mengenai kehidupan. Born as INTP, my mind never stops thinking and asking. Dan pertanyaan saya banyak terjawab oleh Neuroscience. Tapi ada salah satu pertanyaan besar saya yang hingga sekarang saya belum menemukan jawabannya, "Apakah seseorang mungkin membayangkan sesuatu yang belum pernah ia temui sebelumnya?"

Born as a girl who has intrapersonal intelligence juga membuat saya peka terhadap diri sendiri, selalu mempertanyakan "Kenapa saya begini, kenapa saya begitu?" Sama. Pertanyaan ini juga banyak terjawab oleh Neuroscience. Sebagai contoh, saya selalu merasa tidak mood ketika hari mendung. Dan ternyata memang ada kondisi seperti itu yang dapat dijelaskan oleh Neuroscience. Sinar matahari merupakan faktor yang berpengaruh dalam produksi serotonin, zat bahagia. Thats why ketika mendung, saya tidak mood. Dengan perantara ilmu ini, saya menjadi lebih memahami diri sendiri.

"Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya."

http://blog.naveenjain.com/wp-content/uploads/2012/01/iStock1.jpg

Makin dalam saya mempelajari ilmu ini, makin saya merasa kagum akan kesempurnaan ciptaan-Nya. Misterius. Keren. Gila. Tidak ada cacatnya. Saya menemukan-Nya dalam diri saya. Bukankah Dia lebih dekat dari urat nadi? That's true. Saya menemukan kekuasaan-Nya dalam tiap setetes darah yang mengalir di tubuh saya, tiap detak jantung saya, tiap impuls listrik yang ditransmisikan dalam neuron saya. Dan setiap mempelajari suatu fakta menakjubkan tentang tubuh manusia, setiap itulah iman saya bertambah.

And if you know, Neuroscience sedang bergerak ke sana. One day, consciousness akan mampu diungkapkan secara ilmiah.


Comments

Popular posts from this blog

IF YOU WANNA GO, JUST GO!!!

BLINK: KEMAMPUAN BERPIKIR TANPA BERPIKIR

PERLUKAH MENCATAT SAAT KULIAH?