PERSIAPAN PRA OPERASI (SKOLIOSIS PART III)
Jeda waktu antara diputuskannya
tanggal operasi dengan eksekusi operasi sekitar 2 minggu. Selang waktu tersebut
saya gunakan untuk mengurus segala hal yang mesti diurus. Daaan.... saya
puas-puaskan mengendarai motor dulu. Sebenarnya saya tidak terlalu ingat betul
apa saja persiapan yang saya dan orang tua saya lakukan. Sepertinya saat itu
saya selow sekali, bukan seperti orang yang mau dieksekusi operasi. Kehidupan
keras sebagai anak kos dan juga scoliosis itu sendiri lebih mendewasakan saya.
Saat itu, saya siap mati dan pasrah kepada Allah. Jadi, apa yang perlu
dikhawatirkan?Tapi, ketika ditanya apakah ada
perasaan takut atau tidak? Ya jelas, pasti ada.
"Yang saya takutkan bukanlah kematian. Justru kehidupan. Jika saya memang hidup, tapi ada kegagalan operasi yang mengakibatkan cacat. otomatis saya akan menjadi tanggungan beban bagi orang tua saya seumur hidup."
H-2
Sampai hari ini saya masih
pilek, padahal saya ingat
Prof Respati telah berpesan untuk menjaga kondisi badan saya agar tidak pilek dan batuk. Waktu
itu saya tidak mengerti betul alasan pelarangan itu. Saya mengira kalau batuk
pilek otomatis sistem kekebalan tubuh sedang turun dan itu menimbulkan resiko
besar saat operasi nanti, yaitu adanya infeksi lain.
H-1
Menuju RSO, jam 11 berangkat dari
rumah. Hari ini yang mengantar keberangkatan adalah ayah dan kakak saya, mbak
Dini. Sedih karena ibu saya tidak bisa mengantar. Namun, beliau berjanji akan
datang menemui saya sebelum operasi. Di perjalanan sih saya masih bisa santai.
Keluarga saya pada dasarnya adalah
keluarga yang humoris, bukan keluarga yang so serious. Jadi, selama perjalanan
seolah kita bertiga ini memang mau tamasya, bukan mau mengantarkan seseorang
yang akan operasi. Di tengah jalan, ayah saya bertanya, “Mau makan apa mbak
sebelum operasi? Nanti disuruh puasa lho. Mumpung bisa makan enak.” Saya sih
sudah tidak berselera makan. -__-
Sampai di sana, langsung dibawa
ke IGD. Oleh perawat, darah saya diambil untuk diperiksa. Dan keputusan apakah
saya jadi operasi atau tidak tergantung pada hasil tes darah ini. Jujur, saat
itu justru saya berharap sampel darah
saya baik-baik saja dan bisa operasi. Karena semakin cepat dilaksanakan,
semakin cepat lega juga hati ini.
Sampel darah keluar, dan
Alhamdulillah tidak ada masalah. Akhirnya check in kamar dengan diberikan
gelang pesakitan yang berisi identitas saya. Dan warnanya, warna yang paling
saya benci. =>PINK!!! Saat itu, ayah
saya sebenarnya agak kecewa karena saya tidak bisa mendapat kamar di paviliun
karena penuh. Jadi, saya mondok di kelas pertama. Namun, saya justru bersyukur
setelah melihat ruangannya. Ada TAMANNYA bagus !!! Pemandangan ini tidak akan
ditemukan di paviliun.
Sore harinya, dokter anastesi berkunjung ke kamar, memeriksa
denyut nadi, mata, dan tenggorokan. Well, semuanya baik-baik saja, kecuali pilek
saya. Beliau bilang
seharusnya pasien yang mau operasi jangan sampai pilek, karena akan mengganggu
anastesi dan juga mengganggu inhalasi oksigen dengan tabung oksigen. Well, semoga saja bukan menjadi sebuah kendala. Beliau
menyarankan saya untuk minum obat pilek, tapi dasar saya bandel ya saya tidak
minum obat. Dan dokter juga berkata
bahwa setelah selesai operasi besok, saya tidak diperbolehkan untuk kembali ke kamar dulu,
melainkan tetap di ICU minimal 1 malam karena di situ saya akan diberi obat penghilang rasa sakit
dosis tinggi yang ada kemungkinan berdampak buruk pada tubuh saya. Oleh karena itu, harus dalam pengawasan
dokter. Dan mulai jam 02.00 nanti saya harus puasa, tidak boleh makan dan minum. Sore ini ayah saya pulang. Jadi cuma
ditunggu kakak saya doang. -To be continued-
Comments
Post a Comment