MENGAPA KITA BUTUH MENULIS?
Mengapa kita butuh menulis? Jawaban
yang akan saya bahas disini bersifat sangat subjektif. Bukan jawaban ilmiah. Jawaban
saya singkat, padat, dan tidak jelas. Orang butuh menulis karena
“TIDAK ADA DUA ORANG YANG SAMA PERSIS DI DUNIA INI, BAHKAN KEMBAR MONOZIGOT SEKALIPUN.”
Pasti
bingung dan terkesan tidak koheren antara pertanyaan dan jawaban.
Seperti ini penjelasannya.
Pernahkah kita punya suatu pemikiran, uneg-uneg, perasaan atau apapun itu yang
ingin kita keluarkan? Ingin kita ceritakan kepada orang lain? Dan hal itu bukan
sekedar sesuatu yang beres diceritakan dalam waktu 5-10 menit. Ketika kita
membahas hal itu dengan sangat antusias atau dengan emosi yang mendalam,
bahasan itu tidak akan selesai 2-3 malam (agak lebay). Sayangnya kita tidak
akan pernah menemukan orang yang sama persis dengan kita di dunia ini untuk
kita ajak berbagi pikiran dan perasaan tersebut. Beberapa respon yang sering
muncul ketika kita menceritakan hal tersebut dengan orang lain:
- Awalnya tatapan matanya masih melihat ke kita. Setelah 15 menit berikutnya, mulai kehilangan fokus, melirik sana-sini, dan hanya berkata “iya” atau “hmm”.
- Mencari-cari alasan harus melakukan sesuatu atau memang sebenarnya tidak punya waktu untuk mendengarkan cerita kita.
- Ada tipikal orang yang penentang dan semua pikiran selain pikiran dia dianggap salah.
Pasti sering mengalami hal seperti
ini. Bayangkan, ketika kita sedang antusias menceritakan pemikiran kita,
mimpi-mimpi kita, dengan mata berbinar-binar dan mendapat respon seperti di
atas…. Langsung drop, redup, mati. Udah, pikiran itu berakhir, mati, hilang,
lenyap. Kenapa? Karena apa yang menarik bagi kita belum tentu menarik bagi
orang lain. Kalaupun menarik bagi orang tersebut, belum tentu orang tersebut
sedang berada pada mood yang tepat untuk mendengarkan cerita kita.
TIDAK ADA ORANG YANG PERSIS SAMA
DENGAN KITA DI DUNIA INI
Well, hal yang saya maksud adalah
interestnya ya, ketertarikannya. Kalau ada yang sama persis dengan kita, yah
ketika kita ingin bercerita hal tersebut kepada seseorang, dengan ikhlas dia
akan mendengarkan dan menimpali dengan hal yang positif.
"DIA MENDENGARKAN BUKAN KARENA SUKA DENGAN KITA, TAPI KARENA DIA TERTARIK DENGAN PEMBICARAAN KITA."
Hal
ini yang susah didapat. Ketika seseorang mau mendengarkan orang lain, belum
tentu sebenarnya dia ikhas berada disitu. Biasanya, karena itu teman baiknya,
pacar, atau apapun itu yang kalau sampai tidak mendengarkan itu akan menyakiti
hati kita. Jadi, mereka mendengarkan dengan setengah hati. Dan, biasanya saya
bisa membedakan sih mana yang ikhlas dan tidak. Dan yang setengah hati itu
seringkali bikin kita merasa tidak enak dan memutuskan untuk menghentikan
pembicaraan saja daripada membuat dia menderita.
Kedua, ketika kita menulis apapun
yang ada di benak kita, suatu saat hal itu bisa kita baca lagi. Kalau tidak
ditulis, semuanya akan menguap. Bisa saja kita punya suatu ide yang saat ini
tidak mungkin terealisasikan. Beberapa tahun ke depan, ide ini sebenarnya
mungkin saja terealisasikan. Tapi karena tidak ditulis, kita lupa pernah
memiliki ide ini, semuanya akan menguap begitu saja. Sayang sekali..
Ketiga, nostalgia. Ketika kita
membaca lagi tulisan-tulisan kita 3-4 tahun yang lalu, kita sering tertawa
sendiri atau bahkan menangis. “Oh kita pernah lho melewati fase ini. Oh kita
pernah lho jadi remaja.” Dan itu sering juga membuat kita bersyukur. Bersyukur
atas masa-masa menyenangkan yang pernah kita lewati ketika kita bocah, ketika
kita remaja, ketika kita naksir cowok dan memendamnya, ketika kita
dikejar-kejar cowok, ketika kita memiliki sahabat-sahabat yang solid, dll. Atau
ketika kita memiliki mimpi-mimpi yang besar. Remaja itu cenderung memiliki
energi yang besar. Mereka orang yang idealis, berani bermimpi, berani ambil resiko
karena belum pernah melewati fase-fase sulit dikecewakan oleh mimpi. Ketika
kita sudah dewasa kemudian membaca mimpi-mimpi kita saat kita remaja dulu, ada
suatu getaran di jiwa yang luar biasa hebatnya. Yang seringkali bikin saya
merinding dan meneteskan air mata, bukan karena sedih, tapi karena terharu.
Saya merasakan energi positif dari tulisan tersebut yang membuat saya berani
bermimpi besar, sebesar mimpi saya saat saya remaja.
Sayang sekali, kita (baca: saya)
seringkali tidak punya waktu untuk menulis. Inspirasi tulisan hampir setiap
hari selalu datang, namun lenyap begitu saja tertelan waktu karena kita tidak
sempat menulis. MARI BUDAYAKAN MENULIS !!!
Sumber gambar: http://mufihannan.wordpress.com/2012/01/02/filosofi-pena/
Comments
Post a Comment