SEMUA ULAT MEMILIKI KESEMPATAN YANG SAMA UNTUK MENJADI KUPU-KUPU YANG INDAH
Kebanyakan orang ketika mengunjungi toko buku lebih suka hanya melihat-lihat bagian best seller saja. Lain halnya dengan saya. Saya akan sebisa mungkin menjamah seluruh sudut dalam toko buku, termasuk buku-buku yang diobral karena tidak laku sekalipun.
Bukan tanpa alasan saya melakukan ini. Saya sering menemukan buku-buku yang sudah lapuk dan tidak laku itu sebenarnya memiliki konten yang bagus dan berbobot. Bahkan beberapa ada yang dinobatkan sebagai penerima award. Beberapa buku bagus yang saya dapatkan dari tempat-tempat tidak layak di antaranya, Young Samurai, Digital God, Peterpan and The Starcatchers, Pangeran Pencuri, dan Gadis Jeruk. Saya sering tidak habis pikir kenapa buku-buku sebagus itu harus berakhir dengan diobral karena tidak laku. Bisa jadi karena penerbitnya tidak terkenal, atau covernya kurang menarik. Entahlah. Sebaliknya saya sering kecewa ketika membeli buku yang best seller tapi ternyata kontennya jauh dari yang saya harapkan. Lagi-lagi tidak habis pikir kenapa buku yang cuma seperti ini bisa laku keras. Mungkin istilah "Don't judge the book by the cover sangat tepat untuk bisa menemukan buku yang benar-benar bagus untukmu. Oleh karena itu saya belajar untuk menyamaratakan derajat semua buku yang belum pernah saya baca. Berusaha bersikap objektif tanpa melihat mana yang best seller dan mana yang tidak.
Sedikit pengalaman di atas sebenarnya hendak saya analogikan dengan kehidupan di dunia nyata. Bukan lagi buku sebagai objeknya, melainkan manusia. Jangan memandang remeh siapa pun di dunia ini, bahkan yang dihinakan oleh orang-orang sekalipun. Kita tidak benar-benar tahu siapa dia. Siapa tahu orang yang hina itu sebenarnya memiliki kualitas iman yang jauh di atas kita. Siapa tahu dia memiliki kecerdasan dan kejeniusan di atas orang-orang kebanyakan. Di balik pribadi yang tampaknya hina itu mungkin saja terdapat suatu kelebihan yang luar biasa, tepat seperti buku dengan konten bagus yang tidak laku. Bukan benar-benar jelek, namun tidak sama dengan selera pasar. Bukan berarti dia bodoh, dungu, hina, bisa saja dia hanya sedikit 'unik' dan 'berbeda' dengan orang-orang kebanyakan, sehingga mereka tidak bisa menerimanya. Aneh memang, tapi begitulah hidup. Menjadi anti mainstream akan selalu banyak tantangannya untuk ditolak dan dikucilkan dari masyarakat. Namun begitulah, anti mainstream adalah kombinasi anugerah, nikmat, dan pilihan.
Di mata saya, semua buku di toko buku tanpa melihat embel-embelnya, memiliki kesempatan untuk bisa saya baca. Semua ulat memiliki kesempatan yang sama untuk bisa menjadi kupu-kupu dewasa yang indah. Begitu juga semua orang di dunia ini, mau yang dibilang jelek, bodoh, dungu, miskin, hina. Apapun pandangan orang terhadapnya, ia memiliki kesempatan yang sama untuk bisa menjadi manusia yang berguna. Belajar dari analogi buku di toko buku, saya selalu berusaha seobjektif mungkin untuk melihat manusia sama rata, tanpa ada asumsi tinggi maupun rendah di otak saya. Berusaha menghapuskan status sosial yang diberikan masyarakat kepadanya dengan harapan ia percaya bahwa kesempatan itu akan selalu ada. Kesempatan baginya untuk menjadi kupu-kupu dewasa yang indah.
Comments
Post a Comment