KESEMPURNAAN ALLAH TAMPAK DARI CIPTAANNYA
"Apa bukti bahwa Allah itu ada? Padahal Dia adalah ghaib."
"Kita bisa mengetahui bahwa Allah itu ada lewat ciptaan-Nya, lewat alam ini."
"Kita bisa mengetahui bahwa Allah itu ada lewat ciptaan-Nya, lewat alam ini."
Bukankah saya sudah tahu teori ini sudah sejak lama, sudah sejak saya bisa membaca? Dari mulai TK, SD, SMP, hingga SMA, teori ini diulang-ulang di kelas Agama Islam. Saya hafal, saking seringnya diulang-ulang. Ujian agama saya selalu bagus, mendekati nilai sempurna. Tetapi, sesungguhnya saya tidak benar-benar paham selama ini. Semua itu hanya melekat di otak saya, di memori saya, tidak di hati saya.
Saya baru mengerti makna semua itu akhir-akhir ini. Ketika saya melihat bulan, gunung, laut, pantai, apapun bentuk keindahan alam, dalam hati saya mengagumkan nama-Nya. "Subhanallah, siapakah yang bisa membuat benda sesempurna ini? Seindah ini?" Dia semata. Kadang ketika melihat semua keindahan ini, saya sampai merinding dan trenyuh. Sejak kecil saya sudah diajarkan untuk mengucapkan tasbih ketika melihat sesuatu yang indah, namun saya hanya mengucapkannya semata, tanpa ada suatu perasaan bergetar di hati saya. Baru-baru inilah saya mengerti tentang 'perasaan bergetar' itu.
Foto di Balubur, Bandung. Saat melihat pemandangan ini, mata saya sudah basah |
Bodohnya saya adalah 20 th saya hidup di dunia ini, dan baru menemukan makna itu semua akhir-akhir ini.
"Ke mana saja saya selama ini?" adalah pertanyaan kunci, bukannya menyalahkan dengan bertanya, "Ke mana saja selama ini Engkau, Ya Allah?"
Saya tidak habis pikir bagaimana kaum atheis memandang keindahan dunia ini. Absurd, ketika dia berpikir bahwa alam ini terbentuk dengan sendirinya.
"Bagi saya, alam ini terlalu sempurna untuk tercipta dengan sendirinya. Pasti ada yang menciptakan. Keteraturan di dalam ketidakteraturan, dan ketidakteraturan di dalam keteraturan."
Oleh karena itu, saya mencoba untuk mendekatkan ketiga adik saya dengan alam. Mengenalkannya dengan benda-benda langit, seperti venus yang setia nongkrong di sebelah barat. Mengajaknya untuk menyukai bulan. Mengajak adik saya yang paling kecil, Vina (8th) untuk mengucap tasbih ketika dia melihat keindahan langit. Mudah-mudahan mereka tidak seperti saya, telat dalam memahami kesempurnaan ciptaan-Nya.
Comments
Post a Comment