BEING LISTENER, WHY NOT?

“We have two ears and one mouth so that we can listen twice as much as we speak”
www.pacificcolaborative.com
Saya masih nggak paham, di mana letak susahnya mendengarkan orang lain. I love being a listener. Ketika saya mengatakan ini pada orang-orang, mereka seperti tidak percaya. Dan ketika saya googling, ternyata benar, bahwa sebagian besar orang lebih suka bercerita ketimbang mendengarkan cerita orang lain. Bahkan, saya jarang sekali lupa apa yang orang lain ceritakan kepada saya, berkebalikan dengan materi kuliah, yang *blam* langsung hilang setelah saya menginjakkan kaki ke luar kelas.

I love being a listener. Apapun. Mulai curhatan murahan tentang gebetan, curhatan depresi, kelainan mental, keluarga, akademik, kehidupan, dsb. Saya senang mendengarkan. Kata-kata favorit saya yang saya lontarkan kepada teman yang tidak bertemu setelah bertahun-tahun adalah, “How’s your life?”

Saya mencoba bertanya pada diri saya sendiri, apa serunya mendengarkan cerita orang lain? Dan mungkin inilah jawabannya.

  1. Kehidupan saya tidak sedramatik kehidupan mereka, mungkin terlalu flat. Jadi ketika saya mendengarkan cerita mereka, saya berusaha menempatkan diri saya berada di posisi mereka. Dan ini menarik. Seperti mengalami hal-hal tersebut secara langsung.
  2. Human is really unique, each of us are really different from others. Allah is Great. Bagaimana Ia bisa menciptakan varian-varian sedemikian besarnya, hingga pikiran yang satu dengan yang lain benar-benar berbeda dalam menangani hal yang sama. Saya berikan contoh tikus. Mereka sama-sama mamalia, sama dengan manusia, tapi stereotype mereka relatif dengan mudah dapat ditebak. Ketika diberikan bau urin predator, mereka sama-sama freezing. Manusia menanggapi ini dengan hal yang berbeda-beda. Dan ini ada kaitannya dengan kekompleksan sirkuit saraf pada korteks cerebral manusia. Kalau saya cerita ini bisa satu artikel sendiri haha. Yang saya tidak paham tadinya adalah beberapa dari mereka curhat bukan untuk mencari solusi, hanya sekadar biar ‘plong’. Hoho, I don’t understand. I’ll talk about my problem to other only if I’m stuck. Dan setelah membaca ‘Why Men Don’t Listen and Woman Can’t Read Maps’, saya baru tahu sebagian besar wanita curhat bukan untuk mencari solusi. Berlaku sebaliknya untuk laki-laking. Amazing.
  3. Dengan keunikan tersebut, saya bisa memperluas pikiran saya dan mengendorkan kekolotan pikiran saya. Intinya membuat saya lebih toleran terhadap perbedaan. Ketika saya menemui makhluk bernama manusia yang ‘berbeda’, saya menjadi berusaha berpikir lagi kemungkinan-kemungkinan yang membentuknya seperti itu. Bukan langsung menghakimi bahwa dia buruk.
  4. Ketika saya mendengarkan permasalahan-permasalahan orang lain, saya menjadi bersyukur bahwa beban hidup saya tidaklah seberat beban hidup mereka. It just remind me to be grateful for this beautiful life.
  5. Kita tidak cukup lama hidup di dunia ini untuk membuat kesalahan sendiri dan belajar dari kesalahan orang lain. Dengan mengetahui kesalahan orang lain, setidaknya kita belajar untuk tidak menirunya.
  6. I’m not passive listener. Dalam beberapa kesempatan, saya mampu memberikan solusi. Dan dengan solusi tersebut, kadang-kadang secara tidak sengaja itu berlaku juga untuk menyelesaikan permasalahan yang saya hadapi. Dalam kesempatan yang lain, saya juga sering memotivasi orang lain dengan mencontohkan kegagalan dan keberhasilan saya, maupun orang lain di masa lalu. Dan ajaibnya, setelah saya memotivasi orang lain, saya sendiri juga ikut termotivasi.

TIPS MENJADI PENDENGAR YANG BAIK???

Astaga, saya terperanjat ketika saya mencoba googling dengan keyword “being a good listener”. Rata-rata artikel yang keluar adalah “TIPS FOR…. Or HOW TO BE A GOOD LISTENER”. I'm so surprised. I don’t know that many people want to be a good listener, but they can't. I don't know how it’s hard to be a good listener. Jadi tipsnya? Pusatkan pada pembicara, be focus, jangan pikirkan sesuatu yang lain, dan ikuti alur ceritanya. That’s all. Seperti nonton film saja. 

Saya jadi terpikir mungkin setelah ini saya lebih baik membuka jasa konsultasi masalah hidup saja, semacam psikiater unlicensed.

Comments

Popular posts from this blog

SURVIVAL IN ITB WITH MY SCOLI (SKOLIOSIS PART VIII)

SEMINAR, AKHIR CERITA TUGAS AKHIR II

IF YOU WANNA GO, JUST GO!!!