SEMINAR, AKHIR CERITA TUGAS AKHIR II

Jika sasaran TA I adalah proposal, TA II adalah: DATA. Maka dari itu, berbeda dengan TA I yang kita hanya akan berkutat dengan teori, TA II kita akan terjun langsung ke lapangan. Hambatan dan stress level meningkat secara signifikan dibandingkan TA I. Dan jika bukan karena passion, saya udah give up di tengah. 

Mengurus Mencit Bagaikan Mengurus Anak

Kenapa anak Farmasi istriable? Karena dia terbiasa mengurus mencit, maka mengurus anak bukan lagi hal yang baru. Hahaha. Pertama, makanan dan minuman jangan sampai habis. Jika habis, kanibalisme akan terjadi. Kemudian, 1 minggu sekali kandang harus dibersihkan, dicuci, dan diganti sekamnya. Dipipisin? Udah biasa. Dipupin di tangan? Udah biasa. Digigit? Alhamdulillah belum pernah. Tapi mereka lucu dan menyenangkan kok, literally. Just like a baby.

Tapi, itu mencit NORMAL!!!

Mencit saya mencit yang dibuat trauma. Tahukah kau bahwa tiap kali mencit ini habis disetrum-setrum, mencit ini jadi beringas. Bisa loncat setinggi 1 M, yang membuat si peneliti ikut-ikutan panik dan stress. Belum lagi, setelah dibuat trauma, mencit harus disuntik pada perutnya (intraperitoneal). Dan kamu bisa melihat seberapa kencang degup jantungnya, seakan-akan mau copot. Dan saya sebagai orang yang berempati tinggi (bohong) seringkali tidak tega, dan baper. Namun ini hanya pada awalnya, lama-lama terbiasa.

Belum lagi, stress kalau ada mencit yang kabur, mati, dan sebagainya. Salah satu mencit saya pernah lumpuh kakinya. Dan keesokannya mati. Setelah dibedah, usus dan lambungnya seperti oedem dibanding mencit normal. Setelah mencari literatur, ternyata pada kasus yang sangat langka Na-Diklofenak dapat mengakibatkan quadriplegia. Ada lagi kasus aneh, mencit jantan saya menghamili mencit betina milik teman saya. Kemudian mencit-mencitnya hamil, dan dilahirkanlah bayi-bayi mencit merah. Ada-ada saja.

JADWAL S2 YANG BERPINDAH-PINDAH

Hambatan saya yang lainnya adalah, karena saya mencoba mengambil fast track, jadi saya masih mengambil 22 SKS dan harus disambi dengan penelitian TA. Belum lagi, jadwal yang seenaknya berpindah sangat menghalangi TA saya, karena sekali running maka saya butuh paling tidak 4 hari kontinyu. Jadi, perpindahan jadwal makin mengulur-ulur TA saya.

VARIASI BIOLOGIS YANG BESAR

Semua peneliti yang pernah bekerja dengan hewan, lebih-lebih yang melibatkan behavior hewan pasti tahu bagaimana susahnya bekerja dengan makhluk-makhluk ini. Pernah suatu hari saya running 9 kelompok, dan freezing-nya 100% semuanya, bahkan setelah dilatih untuk tidak trauma lagi. Saat itu, di lab saya hampir mau menangis. Karena deadline pengumpulan draft seminar sudah semakin dekat. Sebaliknya, ada juga mencit yang disetrum berapa kali pun dia tidak mau freezing. Bagi dia, respon ketakutan dilambangkan dengan "melompat", bukan freezing.

KEJAR-KEJARAN DENGAN PETUGAS LAB

Lab hewan tutup jam 16.00, dan pada weekend tutup jam 12.00. Dan tak jarang saya diusir petugas lab karena sudah waktunya tutup. 

MASALAH ALAT

Soldernya sering putus. Andai punya solder dan tenol sendiri sih saya bisa perbaiki sendiri. Lampu LED juga sering padam, tidak awet. Belum lagi peredam yang tidak mau meredam suara. Padahal saya harus bekerja dengan teman yang menidurkan tikus-tikusnya, sementara alat saya mengeluarkan suara yang bunyinya annoying. Oleh karena itu, saya pernah menghabiskan waktu di lab sampai jam 10 malam sendirian untuk mencoba mengurangi bunyi yang keluar dari alat saya. Tidak 100% teredam sih, tapi mendingan daripada sebelumnya.

BELAJAR UAS DI LAB

Mirisnya, karena saya masih mengusahakan bisa seminar bulan Juni, maka dengan berakhirnya kuliah dan dimulainya UAS dengan 6 mata kuliah, membuat saya mendadak menjadi Master of Multitasking. Bayangkan saya harus melihat video mencit dengan durasi 30 jam untuk menginput data. Oleh karena itu, belajar UAS harus saya lakukan di lab sambil menunggui mencit-mencit yang stress. Sedangkan di kos, waktu saya habiskan untuk mulai input data, mengolah data secara statistik, dan mulai membuat draft. Beberapa kali saya ujian dengan kondisi belum selesai belajar. Don't care haha, di otak saya cuma ada satu hal: Tugas-Akhir.

Data selesai diolah. Datanglah saya ke Pak Dosbing. Salah satu perkataan beliau yang membuat saya percaya diri untuk seminar. "Wah ini saya baru melihat yang seperti ini. Saya jadi pingin coba buat di CPP (Conditioned Place Preference)".

SE-MI-NAR: PEMBANTAIAN MASSAL

Saya sudah tahu bakal dibantai kok. Hahaha. Sudah mempersiapkannya dari sejak keluar list dosen penguji. Sudah lemes dan overworrying sejak keluar jadwal. Hmm, sebenarnya pertanyaan-pertanyaannya 80% sudah saya duga. Saya sudah menyiapkan jawabannya. Namun yang tidak bisa saya prediksi adalah pertanyaan lanjutan, karena tiap apapun jawaban yang keluar dari mulut saya, itulah yang akan dikejar dan menghasilkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan.

Tapi yang saya salut dengan diri sendiri adalah saya berhasil meng-handle kondisi stress dengan baik. Kata teman saya, "Kamu kelihatan tenang kok nek, tadi waktu jawab pertanyaannya,". Padahal if you know, itu butiran keringat udah segede jagung. Tapi, karena muka saya yang flat-expression, jadi orang-orang tidak tahu kalau saya sedang stress. Dan rasanya itu setelah beres seminar. LEGAAAA!!! Tinggal 2 step lagi, selesaikan semester pendek. Dan sidang komprehensif. 

Ucapan terima kasih:
- Papa-Mama, yang mendukung secara moral, spiritual, dan material haha.
- Mbak Atik, Mas Otaf, Dek Risa, Dek Alfan, Dek Vina
- Dosbing utama dan satu-satunya: Bapak Kusnandar Anggadiredja. 
- CMM Teknik Mesin yang membantu melahirkan Gundala Putra Petir
- ICIS: yang selalu berhasil membuat saya terhibur saat stress (Atina, Hera, Fira, Nisa, Susi, Yani, Prisca, Septi)
- Teman-teman Lab Farmakologi (Irene, Abin, Tri, Sepjo, Yenita, Budi, Adinda, Hilda, Puca, Rani, Niken, Dinda, dll banyak banget)
- Teman sebimbingan "Geng Pak Kus" yang solid banget (Abin, Sepjo, Aldi, Nida, Demol, Alfi, Rita)

*Nyicil ucapan terima kasih di buku TA.


Comments

Popular posts from this blog

IF YOU WANNA GO, JUST GO!!!

BLINK: KEMAMPUAN BERPIKIR TANPA BERPIKIR

PERLUKAH MENCATAT SAAT KULIAH?