INGIN HIDUP ABADI? YAKIN?
"It seems like human born to be greedy"
Sumber: http://2012books.lardbucket.org/ |
Sejarah telah mencatat sejak dulu ada saja usaha yang dilakukan manusia untuk
tetap muda. Lebih dari itu, bahkan ambisi untuk hidup abadi. Mulai dari Elizabeth Bathory,
anggota Kerajaan Hungaria yang mandi darah perawan dengan tujuan awet muda,
hingga Elixir of Life, Philosopher’s stone dan apapun itu namanya yang
dikabarkan juga dapat membuat manusia dapat hidup abadi.
http://www.nature.com/ |
Pertanyaan skeptis utama pasti,
“Memang bisa?” Dengan teknologi yang sekarang
ada, memang belum bisa. Tapi, tidak menutup kemungkinan di masa yang akan datang ambisi ini dapat terwujud dengan teknologi stem cell atau apapun itu. Kalau saya pribadi sih tetap skeptis bahwa sampai
kapanpun teknologi tidak akan bisa. Kodrat manusia adalah hidup lalu kemudian mati. Dan bahkan kodrat ini sudah tertanam dalam level mikroskopik sekalipun, yaitu ketika terjadi replikasi, telomer akan semakin memendek, dan beberapa informasi akan hilang. Kecuali ada teknologi untuk membuat telomer berukuran tetap seiring dengan
replikasi sel, hidup abadi tidak akan mungkin. Katanya sih, penelitian dari Harvard sudah berhasil ke sana, tapi baru pada hewan percobaan, sedangkan pada manusia belum. That’s how God work.
Seandainya boleh berandai-andai,
jika teknologi itu sudah ada, apakah kamu yakin ingin hidup lebih lama di dunia
ini??? Kalau saya sih, NO. Coba deh tonton Fullmetal Alchemist atau The Man
from Planet Earth. Pada Fullmetal Alchemist, ketika ayah dari fullmetal
diberikan philosopher’s stone lagi, dia menolak. “Saya sudah hidup cukup lama
di dunia ini,” kata si ayah. Pada film The Man from Planet Earth juga
dikisahkan seseorang yang hidup sejak zaman Pleistosen. Dia tidak bisa mati.
Awalnya saya ingin seperti dia. Dia sudah mendapatkan berbagai gelar dari
berbagai jurusan di universitas ternama. Pada saat itu saya berandai-andai jika saya mendapatkan kesempatan yang sama. Saya punya banyak waktu untuk menjelajah ke seluruh pelosok dunia, belajar berbagai macam ilmu dan keterampilan. Pasti menyenangkan. Namun, ketika dia ditanya oleh teman-temannya, "Bagaimana
rasanya?" Ternyata itu tidak selamanya asyik. Terbayang nggak sih, ketika dia
menyaksikan keluarganya, istrinya, teman-temannya satu per satu
meninggalkannya. Dan dia totally alone. Dia harus terus menerus menjadi pihak yang
ditinggalkan, bukan yang meninggalkan.
Belum lagi dari segi fisiologi dan psikologi. Masalah
memori. Katakanlah usiamu 200 tahun sekarang, apakah kamu bisa mengingat detail
kehidupanmu pada usia 50? Saya benar-benar sangsi. Seberapa batasan memori yang
masih bisa kamu retensi, dan yang tidak bisa kamu pegang lagi? Sebagai orang
yang selalu terjebak memori di masa lalu, hal yang saya takutkan adalah
amnesia, ketika saya tidak bisa mengingat lagi kenangan-kenangan indah yang
pernah saya lalui bersama orang-orang di sekitar saya.
Mungkin benar, manusia tidak ditakdirkan untuk hidup abadi.
Ketika kamu berhasil menangani masalah fisiologis, kamu lupa menangani masalah
psikologisnya. Dan masalah psikologis adalah masalah yang sampai sekarang masih
sulit dikendalikan oleh science karena kekompleksannya.
Sebagai penutup, saya punya pertanyaan besar untuk semua
manusia yang hidup di dunia ini. Pertanyaan ini saya kutip dari novel Jostein
Gaarder, “Orange Girl”
“Bayangkan kamu berada di awal dongeng ini, suatu waktu miliaran tahun yang lalu ketika segala sesuatu diciptakan. Dan kamu boleh memilih apakah kamu ingin dilahirkan untuk hidup di suatu tempat di planet ini. Kamu tidak tahu kapan kamu akan dilahirkan, tidak juga berapa lama kamu akan hidup. Yang kamu ketahui hanyalah bahwa jika kamu memilih untuk hadir pada tempat tertentu di dunia ini, kamu juga harus meninggalkannya lagi suatu hari dan pergi meninggalkan segalanya. Apa yang akan kamu pilih, George, jika ada sebuah kekuatan yang lebih tinggi memberimu pilihan? Akankah kamu memilih tinggal di bumi entah untuk waktu yang singkat atau panjang, ataukah kamu menolak ikut dalam permainan ini karena kamu tak menyukai permainannya?”
Comments
Post a Comment