BAGIKU, MENCINTAI ITU TIDAK PERNAH INSTAN

Maaf, MENCINTAI bagi saya adalah suatu proses, selalu butuh waktu. Dan itu tidak pernah sebentar. Mungkin 1-2 tahun, 5 tahun, bahkan puluhan tahun. Saya tidak bercanda. Berkali-kali saya membuktikannya. Apa yang saya benci pada awalnya, bisa berbalik 180 derajat menjadi sesuatu yang saya cintai. Tetapi itu semua butuh proses dan pembiasaan.


Pertama kali berkenalan dengan yang namanya Biologi saat kelas VII, saya sebal setengah mati. Mapel IPA yang paling saya benci. Pernah suatu ketika, pada saat ulangan, nilai biologi saya terburuk nomor 2 di kelas. Berita yang lebih menggemparkan lagi, saat saya ditunjuk untuk mengikuti seleksi Olimpiade Biologi. Luar biasa.... Mau muntah rasanya. Mengutuk, kenapa saya tidak ikut matematika saja. FYI: nilai rapor matematika saya hanya 2 angka di bawah nilai sempurna.

2 tahun kehidupan SMP saya banyak berkutat dengan biologi. Saya membencinya, saya mempelajarinya hanya karena alasan profesionalisme. Seperti kutukan, ketika saya masuk SMA, saya sudah memiliki keinginan untuk berpisah darinya. Tetapi, guru SMA saya, pembina Olimpiade Biologi, mengetahui sepak terjang saya di dunia Biologi. Pada akhirnya 3 tahun di SMA saya masih berkutat dengan olimpiade biologi.

Ajaibnya, saya sedikit menemukan chemistry dengan Biologi. Pikiran saya sedikit terbuka bahwa ilmu Biologi sama sekali bukan ILMU HAFALAN !!! Melainkan butuh pemahaman.  (FYI: daya hafal saya sangat rendah). Bahkan butuh penguasaan ilmu-ilmu lain, seperti matematika, kimia, dan fisika. Ini yang membuat saya sedikit survive di Dunia Biologi. Ada sub ilmu tertentu yang saya suka, dan ada sub ilmu lain yang saya benci setengah mati. Genetika, Biologi Molekuler, Anatomi Fisiologi Manusia, Ekologi dan Etologi, selalu menjadi minat saya. Sementara, Evolusi, Anatomi Fisiologi Tumbuhan, Biosistematika, selalu membuat saya eneg.


Takdir memang tidak dapat dihindari. Saya sudah berniat ketika kuliah nanti saya ingin benar-benar berpisah dari Biologi. Eh, ternyata diterima di farmasi, yang jelas kental dengan biologi. Suatu keajaiban lagi, karena setelah berada di farmasi, saya justru menyukai biologi yang dulu saya benci setengah mati. Sebaliknya, saya sampai sekarang masih belum bisa mencintai farmasi. Seolah-olah saya berkata begini, "Masih mending biologi sih, daripada farmasi."

Jadi, berapa waktu yang dibutuhkan bagi saya untuk mencintai Biologi? Yap, 7 tahun. Waktu yang tidak sebentar, 1/3 dari umur saya. Oleh karena itu, saya memiliki optimisme bahwa suatu saat nanti saya bisa mencintai ilmu farmasi, entah itu waktunya kapan. Mungkin setelah lulus? Atau setelah bekerja? Entahlah. Hm, yang jelas bagi saya mencintai sesuatu itu selalu butuh waktu.


Bagi saya, jatuh cinta pada pandangan pertama adalah konsep yang bullshit. Saya tidak pernah menyukai laki-laki pada pandangan pertama. Harus ada sesuatu yang pernah dia lakukan yang membuat saya jatuh cinta. Dan biasanya itu adalah sesuatu yang berkaitan dengan moral, tidak pernah fisik. Bahkan dari sekian laki-laki yang pernah saya sukai, saya rasa tidak ada yang berasal dari golongan laki-laki tampan -_-

Begitu juga ketika membeli suatu benda. Seringkali saya tidak merasa sreg pada saat membeli benda tersebut, namun setelah beberapa kali memakainya barulah saya menyukai benda tersebut. Dan ketika kehilangan, barulah merasa menyesal karena tidak menjaganya.

Sebuah pemahaman hidup yang baru saya sadari akhir-akhir ini. Bahwa ternyata bagi saya, mencintai adalah suatu proses. Esensinya apa? Jadi, ketika saya menemui sesuatu yang saya benci, saya tidak perlu terlalu khawatir merisaukannya, menghindarinya mati-matian. Saya hanya akan menjalaninya dengan enjoy, calm, karena saya tahu suatu saat saya akan mencintainya, tak peduli itu akan memakan waktu 10 tahun, 20 tahun, bahkan mungkin seumur hidup saya. Dan di akhir hidup saya, mungkin saya baru menyadari bahwa saya mencintainya.

Comments

Popular posts from this blog

IF YOU WANNA GO, JUST GO!!!

PERLUKAH MENCATAT SAAT KULIAH?

BLINK: KEMAMPUAN BERPIKIR TANPA BERPIKIR